Mengenal Apa Sih Sajak Itu? Yuk Pahami Pengertian dan Ciri-cirinya
Mungkin kamu sering dengar kata “sajak”, entah di pelajaran Bahasa Indonesia, waktu ada acara baca puisi, atau bahkan di media sosial. Tapi, sebenarnya apa yang dimaksud dengan sajak itu? Gampangannya gini, sajak itu adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh unsur-unsur keindahan bahasa. Bisa dibilang, sajak itu nama lain dari puisi. Tapi, dalam konteks sastra modern Indonesia, seringkali istilah sajak ini lebih merujuk pada bentuk puisi modern yang relatif lebih bebas dibandingkan bentuk puisi lama seperti pantun atau syair.
Jadi, kalau ada yang nanya sajak itu apa, jawab aja: sajak itu ya puisi. Tapi, puisi yang gimana? Nah, di sinilah menariknya. Sajak (atau puisi modern) ini punya ciri khas yang membedakannya dari bentuk puisi lama. Dia nggak sekaku pantun yang barisnya harus empat, atau syair yang rimanya harus AAAA. Sajak itu lebih fleksibel, memberi ruang lebih luas buat penyairnya buat berekspresi.
Sajak Itu Sama Dengan Puisi Modern?¶
Secara umum, ya. Istilah “sajak” seringkali digunakan sebagai sinonim untuk puisi dalam pengertian modern. Di masa lalu, istilah yang lebih umum untuk puisi itu ya puisi itu sendiri, atau mungkin orang lebih mengenali bentuk-bentuk spesifik seperti pantun, syair, gurindam, dan seloka. Ketika sastra Indonesia mulai terpengaruh oleh sastra Barat di awal abad ke-20, muncul bentuk-bentuk puisi baru yang tidak terikat pada aturan jumlah baris, jumlah suku kata, atau rima yang ketat seperti puisi lama. Nah, bentuk inilah yang kemudian sering disebut sebagai sajak.
Jadi, ketika kita bicara sajak, kita biasanya sedang bicara tentang puisi yang:
* Jumlah baris dalam satu bait tidak harus empat.
* Jumlah suku kata dalam setiap baris tidak harus sama.
* Rima (bunyi akhir baris) tidak harus berpola tetap (seperti ABAB atau AAAA), bahkan kadang bisa tanpa rima sama sekali (puisi bebas).
* Lebih mengutamakan ekspresi perasaan, pikiran, dan imajinasi penyair.
* Menggunakan bahasa yang padat, kaya akan makna kiasan, dan seringkali multidimensional.
Contoh paling gampang membandingkannya: Coba ingat Pantun. Pantun punya pola rima ABAB, empat baris, baris 1-2 sampiran, baris 3-4 isi. Nah, sajak modern nggak harus begitu. Dia bisa saja cuma dua baris, rimanya bebas, dan langsung menyampaikan isi.
Kenapa Disebut Sajak? Bukannya Rima Itu Sajak Juga?¶
Ini nih yang kadang bikin bingung. Kata “sajak” itu sendiri sebenarnya punya arti rima atau persamaan bunyi pada akhir baris puisi. Misalnya, rima AAAA disebut sajak rata, ABAB disebut sajak silang. Jadi, kata dasarnya memang merujuk pada aspek bunyi dalam puisi.
Namun, dalam perkembangan sastra, istilah “sajak” kemudian meluas maknanya hingga merujuk pada keseluruhan bentuk puisi modern itu sendiri. Ini mungkin karena rima (atau ketiadaan rima yang ketat) adalah salah satu aspek yang paling mencolok membedakan puisi modern (sajak) dari puisi lama. Puisi lama sangat terikat pada rima, sementara puisi modern bisa main-main dengan rima atau bahkan meninggalkannya.
Jadi, ada dua makna kata “sajak”:
1. Sebagai rima atau persamaan bunyi di akhir baris puisi.
2. Sebagai bentuk puisi modern itu sendiri (sinonim puisi modern).
Dalam konteks pertanyaan “apa yang dimaksud dengan sajak”, kemungkinan besar yang ditanyakan adalah makna yang kedua, yaitu sajak sebagai bentuk puisi modern.
Unsur-unsur Penting dalam Sajak (Puisi Modern)¶
Meskipun lebih bebas, sajak bukan berarti asal jadi. Dia tetap punya unsur-unsur penting yang bikin dia jadi karya sastra yang indah dan bermakna. Apa saja unsur-unsurnya?
1. Diksi (Pilihan Kata)¶
Ini super penting dalam sajak. Setiap kata dipilih dengan sangat hati-hati oleh penyair. Tujuannya? Untuk menciptakan makna yang padat, kaya, dan kadang punya efek bunyi tertentu. Kata yang sama bisa punya makna berbeda tergantung konteksnya dalam sajak. Diksi juga menentukan nuansa atau mood sajak itu.
Misalnya, penyair memilih kata “sunyi” dibanding “sepi”. Mungkin kata “sunyi” dirasa lebih puitis, punya getaran rasa yang beda, atau lebih pas dengan bunyi kata-kata lain di sekitarnya.
2. Imaji (Citraan)¶
Sajak yang bagus itu bisa membuat pembaca merasakan, melihat, mendengar, mencium, atau bahkan meraba apa yang digambarkan oleh penyair. Ini namanya imaji atau citraan. Penyair menggunakan kata-kata untuk melukiskan sesuatu dalam benak pembaca, seolah-olah pembaca ikut mengalami apa yang ada dalam sajak.
Ada imaji visual (penglihatan), auditori (pendengaran), taktil (perabaan), olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan), dan gerak. Contoh: “Angin berbisik di telinga” (imaji auditori), “Langit membiru pekat” (imaji visual).
3. Kata Konkret¶
Penyair sering menggunakan kata-kata yang bisa ditangkap oleh indra untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak. Misalnya, untuk menggambarkan kesedihan yang mendalam, penyair mungkin tidak langsung bilang “aku sedih”, tapi menggunakan kata konkret seperti “dada terasa sesak”, atau “langit menangis”. Kata-kata konkret ini membuat gambaran dalam sajak jadi lebih hidup dan mudah dibayangkan.
4. Gaya Bahasa (Majas)¶
Ini juga ciri khas sajak. Penggunaan gaya bahasa atau majas membuat sajak tidak harafiah dan punya makna tambahan. Majas populer dalam sajak antara lain:
* Metafora: Perbandingan langsung tanpa kata pembanding. Contoh: “Kau adalah rembulan di gelap malamku.” (membandingkan kekasih dengan rembulan).
* Personifikasi: Memberikan sifat manusia pada benda mati atau makhluk bukan manusia. Contoh: “Angin bernyanyi lirih.”
* Simile: Perbandingan dengan kata pembanding (seperti, bagai, ibarat). Contoh: “Senyumnya manis bagai madu.”
* Hiperbola: Melebih-lebihkan sesuatu. Contoh: “Rinduku padamu seluas samudra.”
* Dan masih banyak lagi!
Penggunaan majas ini bikin sajak jadi lebih indah, kuat maknanya, dan multi-interpretasi.
5. Rima (Persamaan Bunyi) dan Irama (Ritme)¶
Meskipun sajak modern lebih bebas soal rima, bukan berarti rima ditinggalkan sama sekali. Rima tetap bisa digunakan untuk menciptakan musikalitas dalam sajak. Rima bisa di akhir baris (rima akhir), di tengah baris (rima tengah), atau bahkan di awal baris (rima awal). Polanya bisa beraturan atau acak.
Selain rima, ada juga irama atau ritme. Ini adalah alunan atau jatuh bangunnya bunyi dalam sajak saat dibaca. Irama bisa diciptakan oleh pengaturan panjang pendek kata, penekanan pada kata tertentu, atau jeda antar kata/frasa. Irama ini penting untuk menciptakan mood dan membantu penyampaian makna sajak. Kadang, irama dalam sajak modern justru lebih terasa dari bagaimana kata-kata itu disusun dalam baris-baris yang panjang-pendeknya bervariasi, bukan dari pola rima yang ketat.
6. Tipografi (Perwajahan Puisi)¶
Ini unsur yang unik di puisi modern. Tipografi itu adalah bentuk visual sajak di halaman. Bagaimana baris-baris itu diatur, apakah ada spasi yang lebar, apakah ada baris yang menjorok ke dalam, atau bahkan membentuk pola tertentu. Tipografi ini bukan sekadar hiasan, tapi bisa jadi bagian dari makna atau cara penyair menyampaikan perasaannya. Baris yang sangat pendek-pendek bisa memberi kesan terburu-buru atau patah-patah, sementara spasi yang lebar bisa memberi kesan keheningan atau jeda.
Sejarah Singkat Sajak di Indonesia¶
Perkembangan sajak di Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan sastra modern Indonesia. Sebelum munculnya sajak modern, sastra Indonesia didominasi oleh bentuk-bentuk puisi lama seperti pantun, syair, gurindam, dan seloka yang kuat dipengaruhi oleh tradisi Melayu.
Era Pujangga Baru (sekitar 1930-an) bisa dibilang sebagai masa transisi. Para penyair Pujangga Baru mulai bereksperimen dengan bentuk puisi yang lebih bebas, meskipun pengaruh bentuk puisi lama masih terasa. Tokoh seperti Amir Hamzah sudah mulai menunjukkan ciri-ciri puisi modern dengan bahasanya yang indah dan tema-tema yang lebih personal.
Puncak kemunculan sajak modern yang benar-benar berbeda dari puisi lama adalah di era Angkatan ‘45. Tokoh sentral di sini tentu saja Chairil Anwar. Chairil Anwar dianggap sebagai pelopor puisi modern Indonesia. Sajak-sajaknya mendobrak tradisi, menggunakan bahasa sehari-hari yang segar, tema-tema yang berani (kematian, kebebasan individu), dan bentuk yang bebas rima dan irama ketat. Karyanya seperti “Aku” atau “Karawang-Bekasi” menjadi contoh sajak yang sangat berpengaruh.
Setelah era Chairil Anwar, sajak terus berkembang pesat. Penyair-penyair dari berbagai angkatan seperti Sapardi Djoko Damono, W.S. Rendra, Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, dan masih banyak lagi, membawa sajak ke arah yang semakin beragam dalam hal gaya, tema, dan bentuk eksperimen. Ada sajak yang sangat lirik dan kontemplatif (Sapardi), ada yang kuat dengan kritik sosial (Rendra), ada yang religius, ada yang absurd, dan sebagainya. Sajak menjadi media ekspresi yang sangat kaya bagi para sastrawan Indonesia.
Fungsi dan Tujuan Sajak¶
Buat apa sih orang menulis sajak? Dan buat apa kita membacanya? Sajak punya berbagai fungsi, antara lain:
- Sebagai Media Ekspresi Diri: Ini fungsi paling mendasar. Penyair menulis sajak untuk menuangkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan pandangannya tentang dunia. Lewat kata-kata yang dipilih, penyair bisa mengungkapkan apa yang sulit diungkapkan dengan bahasa sehari-hari.
- Sebagai Media Keindahan Bahasa: Sajak itu seni merangkai kata. Penyair bermain dengan bunyi, makna, dan bentuk untuk menciptakan keindahan estetika. Membaca sajak yang indah bisa memberi kita pengalaman batin yang menyenangkan.
- Sebagai Media Perenungan/Kontemplasi: Sajak seringkali mengajak pembaca untuk merenung, berpikir, dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Tema-tema dalam sajak bisa sangat dalam, menyentuh isu-isu eksistensial, sosial, atau spiritual.
- Sebagai Media Kritik Sosial: Banyak penyair menggunakan sajak sebagai alat untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi masyarakat, ketidakadilan, atau kebijakan pemerintah. Sajak bisa menjadi suara hati nurani yang kuat.
- Sebagai Media Rekreasi dan Hiburan: Membaca atau mendengarkan sajak yang dibacakan (deklamasi) juga bisa menjadi hiburan yang memperkaya batin.
Membandingkan Sajak dengan Bentuk Puisi Lain¶
Supaya lebih paham sajak itu di mana posisinya, yuk kita lihat bedanya dengan beberapa bentuk puisi lain yang ada di Indonesia:
mermaid
graph TD
A[Puisi] --> B[Puisi Lama];
A --> C[Puisi Baru / Modern];
B --> D[Pantun];
B --> E[Syair];
B --> F[Gurindam];
B --> G[Seloka];
C --> H[Sajak / Puisi Bebas];
H --> I[Puisi Lirik];
H --> J[Puisi Naratif];
H --> K[Puisi Deskriptif];
H --> L[Puisi Dramatik];
Dari diagram di atas, terlihat bahwa Sajak adalah bagian dari Puisi Baru atau Puisi Modern, yang berbeda dengan Puisi Lama.
Ini tabel perbandingan singkat:
Ciri | Puisi Lama (Pantun, Syair, dll.) | Sajak (Puisi Modern) |
---|---|---|
Bentuk (Struktur) | Terikat aturan ketat (jumlah baris, suku kata per baris, bait) | Relatif bebas, struktur ditentukan penyair |
Rima (Bunyi) | Sangat terikat pola rima tetap (ABAB, AAAA, dst.) | Bebas, bisa berima, bisa tidak, polanya acak |
Isi/Tema | Klasik (nasihat, agama, cerita, teka-teki) | Sangat luas (personal, sosial, politik, alam, dsb.) |
Bahasa | Cenderung kaku/klise, bahasa istana/klasik | Lebih segar, bisa pakai bahasa sehari-hari, kaya majas, padat |
Penyampaian | Langsung, eksplisit | Tersirat, butuh penafsiran |
Sajak memberi kebebasan lebih kepada penyair untuk ‘memainkan’ bahasa dan bentuk agar sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan. Inilah yang membuat sajak modern seringkali terasa lebih personal dan relevan dengan kehidupan kontemporer.
Tips Menulis Sajak (Buat Kamu yang Tertarik!)¶
Tertarik mencoba menulis sajak? Keren! Ini dia beberapa tips sederhana buat memulai:
- Baca Sajak Sebanyak-banyaknya: Ini modal utama. Baca karya penyair-penyair terkenal atau bahkan temanmu. Rasakan bahasanya, perhatikan cara mereka menyusun kata, menggunakan majas, dan “bermain” dengan bentuk. Ini akan membuka wawasanmu.
- Mulai dari Pengalaman atau Perasaan: Sajak sering lahir dari pengalaman atau perasaan yang kuat. Pikirkan apa yang sedang kamu rasakan (sedih, senang, marah, rindu), apa yang kamu lihat, dengar, atau alami hari ini. Jadikan itu titik awal.
- Jangan Takut dengan Aturan: Di awal, lupakan dulu aturan baku soal rima atau jumlah baris. Fokus saja untuk menuangkan apa yang ada di benakmu. Biarkan kata-kata mengalir. Sajak modern itu bebas!
- Mainkan Kata-kata: Eksplorasi pilihan kata. Cari kata yang paling pas, yang punya bunyi indah, atau yang bisa menciptakan imaji kuat. Gunakan thesaurus atau kamus kalau perlu, tapi jangan sampai menghilangkan keaslian suaramu.
- Gunakan Majas: Coba bandingkan satu hal dengan hal lain (metafora, simile), berikan sifat manusia pada benda (personifikasi). Ini akan membuat sajakmu lebih hidup dan menarik.
- Perhatikan Bunyi dan Irama: Bacalah sajak yang kamu tulis dengan suara. Rasakan alunan katanya. Apakah ada bunyi yang berulang secara indah (aliterasi, asonansi)? Apakah jedanya terasa pas? Sesuaikan penempatan kata atau pemenggalan baris untuk menciptakan irama yang kamu inginkan.
- Eksperimen dengan Tipografi: Coba atur baris-baris sajakmu di halaman. Apakah ada baris yang lebih panjang atau pendek? Apakah perlu ada spasi kosong? Tipografi bisa menambah dimensi pada sajakmu.
- Revisi, Revisi, Revisi: Jarang ada sajak yang langsung jadi dan sempurna di draf pertama. Baca lagi, perbaiki pilihan kata, ganti majas kalau ada yang kurang pas, atur ulang barisnya. Jangan ragu memotong kata-kata yang tidak perlu. Membuat sajak itu proses.
Menulis sajak itu seperti melukis dengan kata. Kamu punya palet kata-kata dan “kanvas” berupa halaman kosong. Bebaskan imajinasimu!
Sajak Itu Seni yang Hidup¶
Sajak, sebagai bentuk puisi modern, adalah seni yang terus hidup dan berkembang. Dia peka terhadap perubahan zaman, isu-isu sosial, dan perkembangan bahasa itu sendiri. Penyair-penyair baru terus bermunculan dengan gaya dan tema yang segar, menjaga sajak tetap relevan di tengah gempuran berbagai bentuk media dan hiburan lain.
Membaca sajak bisa membuka jendela baru bagi kita untuk melihat dunia, memahami perasaan orang lain, dan bahkan lebih mengenal diri sendiri. Jadi, jangan ragu untuk menjelajahi dunia sajak. Cari penyair atau karya yang ‘nyambung’ denganmu. Siapa tahu, kamu akan menemukan harta karun berupa makna dan keindahan di dalamnya.
Nah, sekarang sudah sedikit lebih jelas kan apa yang dimaksud dengan sajak itu? Sajak itu puisi modern, yang kaya akan unsur keindahan bahasa dan memberi ruang ekspresi yang luas.
Gimana menurutmu? Apakah kamu punya sajak favorit? Atau mungkin kamu sendiri suka menulis sajak? Yuk, share di kolom komentar di bawah! Kita diskusi bareng soal keindahan sajak.
Posting Komentar