Apa Itu Seni Kontemporer? Penjelasan Santai Buat Kamu

Table of Contents

Mungkin kamu pernah jalan-jalan ke galeri seni atau museum dan melihat karya yang bikin kening berkerut. Bisa jadi itu tumpukan bata, instalasi aneh dari benda-benda sehari-hari, video yang diputar berulang, atau bahkan hanya sebuah ruangan kosong. Nah, kemungkinan besar yang kamu lihat itu adalah seni kontemporer. Istilah ini sering bikin bingung, kan? Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan seni kontemporer itu?

Apa Itu Seni Kontemporer?

Secara harfiah, kontemporer artinya “pada masa yang sama” atau “sekarang”. Jadi, seni kontemporer adalah seni yang dibuat oleh seniman yang hidup di zaman kita, di masa kini. Gampangnya, ini adalah seni yang sedang happening sekarang. Tapi, definisi ini nggak sesederhana itu lho. Seni kontemporer bukan cuma soal kapan karya itu dibuat, tapi juga soal apa isinya, bagaimana cara membuatnya, dan kenapa seniman membuatnya.

Apa itu seni kontemporer

Seni kontemporer sering kali menantang pandangan tradisional kita tentang apa itu seni. Kalau dulu seni identik dengan lukisan cat minyak yang indah, patung pahatan yang detail, atau ukiran yang rumit, seni kontemporer bisa jadi apa saja. Ini bisa berupa instalasi yang memenuhi ruangan, performance art yang melibatkan aksi seniman atau penonton, seni video, seni digital, bahkan cuma sebuah ide atau konsep. Intinya, seni kontemporer itu sangat beragam dan sering kali out-of-the-box.

Beda dengan Seni Modern

Ini nih yang sering tertukar. Seni kontemporer itu beda lho dengan seni modern. Seni modern adalah gerakan seni yang berkembang dari akhir abad ke-19 hingga sekitar pertengahan abad ke-20 (kira-kira sampai era Perang Dunia II). Gerakan seni modern mencakup gaya-gaya seperti Impresionisme, Kubisme, Surealisme, Abstrak Ekspresionisme, dan lain-lain. Seniman modern seperti Picasso, Van Gogh, atau Jackson Pollock adalah tokoh penting di era ini.

Bedanya, seni modern itu sering kali masih berakar pada pencarian bentuk-bentuk baru, penolakan aturan akademis klasik, dan eksplorasi medium tradisional (seperti lukisan atau patung) dengan cara yang baru. Sementara itu, seni kontemporer datang setelah era seni modern. Seni kontemporer seolah bilang, “Oke, semua aturan sudah kita dobrak di era modern. Sekarang, mari kita pertanyakan segalanya.” Seni kontemporer lebih fokus pada konsep, konteks sosial, dan penggunaan medium yang jauh lebih luas, bahkan di luar medium seni tradisional sama sekali.

Kapan Dimulai?

Tidak ada tanggal pasti kapan seni kontemporer dimulai. Umumnya, para ahli seni sepakat bahwa seni kontemporer muncul setelah era seni modern berakhir, yaitu sekitar tahun 1960-an atau 1970-an. Periode ini ditandai dengan munculnya berbagai gerakan seni baru seperti Pop Art, Minimalisme, Konseptualisme, dan Postminimalisme, yang semuanya menolak atau mempertanyakan prinsip-prinsip seni modern yang mendahuluinya. Perubahan sosial, politik, dan teknologi pasca-Perang Dunia II juga sangat memengaruhi kelahiran seni kontemporer.

Jadi, meski seniman zaman sekarang bikin lukisan pemandangan, lukisan itu belum tentu otomatis disebut “seni kontemporer” dalam artian filosofis dan konseptual. Seni kontemporer lebih merujuk pada semangat zaman dan pendekatan dalam berkarya yang mencerminkan isu-isu, teknologi, dan dinamika sosial masa kini.

Karakteristik Utama Seni Kontemporer

Seni kontemporer itu kayak bunglon, susah dikotakkan dalam satu definisi. Tapi ada beberapa karakteristik yang sering muncul:

  1. Keberagaman Medium: Bukan cuma lukisan atau patung. Seni kontemporer bisa menggunakan apa saja: video, instalasi, performance, fotografi, suara, teks, komputer, material daur ulang, bahkan tubuh seniman itu sendiri.
  2. Fokus pada Konsep (Konseptual): Sering kali, ide atau gagasan di balik karya lebih penting daripada tampilan visualnya yang “indah” atau keterampilan teknis pembuatannya. Seniman ingin membuat penonton berpikir.
  3. Refleksi Isu Sosial, Politik, dan Budaya: Banyak seniman kontemporer mengangkat tema-tema yang relevan dengan kehidupan saat ini, seperti identitas, globalisasi, lingkungan, hak asasi manusia, teknologi, dan konsumerisme. Seni menjadi sarana kritik atau komentar sosial.
  4. Interaksi dan Pengalaman Penonton: Beberapa karya seni kontemporer dirancang untuk melibatkan penonton secara aktif, baik secara fisik maupun emosional. Pengalaman penonton bisa menjadi bagian integral dari karya itu sendiri.
  5. Batas yang Memudar: Batas antara seni dan kehidupan sehari-hari, antara disiplin seni yang berbeda (misalnya, seni rupa dan tari), atau antara seniman dan penonton sering kali menjadi kabur dalam seni kontemporer.
  6. Global dan Pluralistik: Seni kontemporer tidak lagi didominasi oleh satu pusat geografis (seperti Eropa atau Amerika Serikat) atau satu gaya tunggal. Ada banyak suara, perspektif, dan tradisi dari seluruh dunia yang saling berinteraksi.

Mengapa Seni Kontemporer Terlihat Berbeda?

Ini pertanyaan bagus! Kalau kamu melihat seni kontemporer yang kelihatannya “aneh” atau “tidak nyeni” menurut standar tradisional, ada alasan di baliknya.

Kebebasan Bereksperimen

Setelah para seniman modern mendobrak banyak aturan, seniman kontemporer merasa punya kebebasan penuh untuk bereksperimen. Mereka tidak terikat pada satu material, teknik, atau gaya tertentu. Kalau ide seniman mengharuskan dia memakai 1000 bola lampu bekas dan disusun menjadi instalasi, ya itulah yang dia lakukan. Jika idenya adalah merekam dirinya melakukan sesuatu berulang kali selama berjam-jam, itu bisa jadi performance art atau seni video. Kebebasan ini memungkinkan seniman untuk mengekspresikan ide-ide kompleks dengan cara yang paling sesuai, bukan terbatas pada medium lukis atau patung.

Kebebasan bereksperimen seni kontemporer

Merefleksikan Zaman

Setiap era punya seninya sendiri yang mencerminkan kondisi zaman itu. Kalau seni klasik mencerminkan idealisme, agama, dan kekuasaan, lalu seni modern mencerminkan revolusi industri dan penemuan-penemuan baru, seni kontemporer merefleksikan kompleksitas dunia saat ini. Pikirkan tentang globalisasi, internet, media sosial, isu lingkungan, konflik identitas, perkembangan teknologi AI… semua ini adalah bahan bakar bagi seniman kontemporer. Karya mereka sering kali menjadi cermin atau komentar terhadap dunia tempat kita hidup sekarang.

Pengalaman Penonton

Di era seni kontemporer, pengalaman dan interpretasi penonton menjadi sangat penting. Sebuah instalasi mungkin dirancang agar penonton bisa berjalan di dalamnya, merasakannya dari berbagai sudut. Sebuah performance art mungkin melibatkan interaksi langsung dengan penonton. Bahkan karya yang terlihat “biasa” pun sering kali mendorong penonton untuk merenung, merasakan emosi tertentu, atau mempertanyakan sesuatu. Seni kontemporer ingin penonton menjadi peserta aktif, bukan hanya pengamat pasif yang cuma menilai “indah” atau “tidak indah”.

Media dan Teknik yang Digunakan

Salah satu hal paling mencolok dari seni kontemporer adalah penggunaan berbagai macam medium dan teknik. Lupakan sejenak kanvas, cat minyak, pahat, dan kuas dalam arti tradisional.

Bukan Hanya Kanvas dan Cat

Seniman kontemporer menggunakan hampir semua hal yang bisa kamu bayangkan sebagai medium.

  • Instalasi: Ini adalah karya seni yang dirancang untuk mengisi atau mengubah ruang tertentu. Bisa pakai benda-benda sehari-hari, cahaya, suara, video, atau kombinasi semuanya. Contoh ikonik adalah instalasi Yayoi Kusama dengan bola-bola atau lampu-lampu gantungnya.
  • Performance Art: Seni yang melibatkan seniman melakukan aksi atau serangkaian aksi di hadapan penonton. Fokusnya adalah pada proses dan pengalaman langsung, bukan objek fisik yang ditinggalkan. Marina Abramović adalah salah satu seniman performance paling terkenal.
  • Video Art: Seni yang menggunakan video sebagai medium utama. Bisa berupa film pendek, rekaman aksi, atau proyeksi video dalam instalasi.
  • Digital Art: Seni yang dibuat menggunakan teknologi digital, seperti lukisan digital, patung digital, seni generatif, atau karya interaktif di komputer atau internet.
  • Fotografi: Tentu saja fotografi sudah ada sebelumnya, tapi dalam seni kontemporer, fotografi sering digunakan untuk mengeksplorasi ide-ide konseptual atau sosial, bukan cuma merekam realitas.
  • Sound Art: Seni yang menggunakan suara sebagai medium utama. Bisa berupa komposisi suara, instalasi suara, atau pertunjukan yang berfokus pada aspek audio.
  • Ready-Made dan Found Objects: Menggunakan benda-benda yang sudah ada (bukan dibuat seniman) sebagai bagian dari karya seni, seperti yang dipopulerkan oleh Marcel Duchamp di era modern tapi terus dieksplorasi dalam konteks baru di era kontemporer.

Penggunaan medium yang luas ini memungkinkan seniman untuk memilih alat yang paling tepat untuk menyampaikan ide atau pesan mereka. Kadang, medium itu sendiri sudah punya makna atau komentar tersendiri.

Penggunaan Teknologi

Di era digital ini, teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari seni kontemporer. Seniman menggunakan software, internet, media sosial, realitas virtual (VR), realitas tertambah (AR), kecerdasan buatan (AI), robotika, dan teknologi canggih lainnya untuk menciptakan karya yang sebelumnya tidak mungkin dibuat. Teknologi bukan cuma alat, tapi sering kali juga menjadi tema itu sendiri dalam seni kontemporer, mempertanyakan dampaknya pada masyarakat dan manusia.

Seni digital kontemporer

Beberapa Contoh Seniman dan Karya Seni Kontemporer Terkenal

Melihat contoh nyata akan sangat membantu. Berikut beberapa seniman dan karya yang sering disebut dalam konteks seni kontemporer:

Internasional

  • Damien Hirst (Inggris): Terkenal dengan karyanya yang provokatif, sering menggunakan hewan mati (seperti hiu dalam formaldehida) untuk berbicara tentang kematian, kehidupan, dan sains. Salah satu karyanya yang paling ikonik adalah The Physical Impossibility of Death in the Mind of Someone Living (1991), hiu macan yang diawetkan dalam tangki kaca berisi formaldehida.
  • Jeff Koons (Amerika Serikat): Dikenal dengan karyanya yang berkilau, sering mengambil bentuk benda-benda pop culture atau mainan dalam ukuran besar dan bahan mewah, seperti seri Balloon Dog yang terbuat dari stainless steel berwarna cerah. Karyanya mengeksplorasi tema selera, konsumerisme, dan kemewahan.
  • Marina Abramović (Serbia): Pelopor performance art. Karyanya seringkali melibatkan ketahanan fisik dan mental, serta interaksi dengan penonton, untuk mengeksplorasi batasan tubuh dan pikiran. Pertunjukannya The Artist is Present (2010) di MoMA, di mana ia duduk diam dan penonton bergiliran duduk di depannya, sangat terkenal.
  • Ai Weiwei (Tiongkok): Seniman dan aktivis yang karyanya sering kali merupakan kritik terhadap pemerintah Tiongkok dan isu hak asasi manusia. Ia menggunakan berbagai medium, dari instalasi besar hingga dokumenter dan media sosial. Salah satu karyanya yang menyentuh adalah Sunflower Seeds (2010), instalasi jutaan biji bunga matahari keramik buatan tangan.
  • Yayoi Kusama (Jepang): Dikenal dengan motif polkadot dan instalasi infinity room-nya. Karyanya sangat khas, berwarna-warni, dan seringkali memberikan pengalaman visual yang imersif. Ini adalah contoh seniman yang terus berkarya sejak era modern/post-modern hingga kontemporer dengan gayanya yang terus berkembang.

Indonesia

Indonesia juga punya banyak seniman kontemporer yang diakui dunia.

  • FX Harsono: Salah satu seniman kontemporer senior Indonesia yang konsisten mengangkat isu sosial dan politik, terutama terkait minoritas dan sejarah yang terbungkam, melalui instalasi, patung, dan performance art. Karyanya seringkali emosional dan kuat.
  • Eko Nugroho: Dikenal dengan gaya yang menggabungkan seni jalanan (street art), komik, dan tradisi wayang. Karyanya cerah, ramai, dan seringkali penuh komentar sosial politik yang disampaikan dengan humor.
  • Tisna Sanjaya: Seniman yang karyanya seringkali melibatkan seni grafis, lukisan, instalasi, dan performance art, dengan fokus pada isu lingkungan dan spiritualitas yang terkait dengan budaya Sunda. Ia seringkali melibatkan komunitas dalam proses kreatifnya.
  • Melati Suryodarmo: Seniman performance art yang diakui internasional. Karyanya seringkali menantang ketahanan fisik dan mental, mengeksplorasi isu identitas, tubuh, dan eksistensi.

Contoh-contoh ini hanyalah segelintir dari ribuan seniman kontemporer di seluruh dunia. Masing-masing punya gaya, medium, dan tema khas mereka sendiri.

Bagaimana Menikmati dan Memahami Seni Kontemporer?

Melihat seni kontemporer mungkin terasa menantang atau membingungkan pada awalnya. Tapi jangan khawatir, ada beberapa cara untuk mulai menikmatinya:

1. Buka Pikiran

Ini yang paling penting. Coba lepaskan ekspektasi bahwa seni harus “indah” dalam pengertian tradisional, rumit dibuat, atau mudah dipahami sekilas. Seni kontemporer seringkali mengajak kita berpikir, merasakan, atau bahkan mempertanyakan definisi seni itu sendiri. Terimalah bahwa kamu mungkin tidak akan “suka” semua karya, tapi coba lihat apa yang bisa kamu dapatkan darinya.

2. Cari Informasi

Jangan malu membaca label karya, deskripsi singkat, atau bahkan mencari tahu lebih banyak tentang seniman dan karyanya di internet. Museum dan galeri seringkali menyediakan informasi kontekstual yang sangat membantu dalam memahami latar belakang, ide, dan proses pembuatan karya. Mengerti kenapa seniman membuat karya tersebut bisa mengubah total persepsimu.

Cara memahami seni kontemporer

3. Rasakan dan Renungkan

Alih-alih langsung menilai, coba berhenti sejenak di depan karya dan rasakan apa yang kamu alami. Apakah ada emosi yang muncul? Apakah ada pertanyaan di benakmu? Biarkan karya itu “bicara” padamu. Kadang, pengalaman personal atau koneksi emosionallah yang menjadi inti dari apresiasi seni kontemporer.

4. Diskusi

Ngobrol dengan teman, kurator, atau orang lain yang juga melihat karya tersebut. Mendengar perspektif orang lain bisa membuka cara pandang baru. Diskusi juga bisa membantu memperjelas apa yang membingungkanmu.

5. Kunjungi Pameran dan Galeri

Cara terbaik untuk mengalami seni kontemporer adalah melihatnya langsung. Kunjungi galeri seni kontemporer, museum, biennale (pameran besar yang diadakan dua tahun sekali), atau pameran temporer. Rasakan skala instalasi, dengarkan suara dalam karya audio, atau saksikan performance secara langsung. Pengalaman fisik seringkali sangat berbeda dengan melihat gambar di buku atau online.

Kontroversi dan Tantangan dalam Seni Kontemporer

Tidak bisa dipungkiri, seni kontemporer seringkali menjadi sasaran kritik dan perdebatan.

Sulit Dipahami atau “Bukan Seni”

Salah satu kritik paling umum adalah bahwa seni kontemporer sulit dipahami, abstrak, atau bahkan tidak memerlukan keterampilan teknis yang tinggi sehingga dianggap “bukan seni” oleh sebagian orang. Karya seperti tumpukan bata atau pisang yang ditempel di dinding (karya Maurizio Cattelan yang berjudul Comedian) sering memicu perdebatan publik. Namun, bagi seniman dan kurator, nilai karya itu seringkali terletak pada ide, konteks, dan tantangan yang diberikannya terhadap konvensi seni.

Komersialisasi dan Nilai Pasar

Pasar seni kontemporer global sangat besar dan nilai beberapa karya bisa mencapai jutaan atau miliaran dolar. Ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah nilai sebuah karya benar-benar didasarkan pada kualitas seni atau lebih karena spekulasi pasar, branding seniman, dan faktor-faktor non-artistik lainnya. Fenomena ini juga menjadi tema yang menarik untuk dieksplorasi oleh seniman kontemporer itu sendiri.

Kontroversi seni kontemporer

Batasan Antara Seni dan Bukan Seni

Seni kontemporer terus menerus menguji batasan apa yang bisa disebut seni. Ketika seniman menggunakan benda-benda sehari-hari (seperti urinal atau kaleng sup) atau hanya menyajikan sebuah konsep tertulis, ini memaksa kita untuk merenungkan kembali definisi dan fungsi seni dalam masyarakat.

Tantangan-tantangan ini adalah bagian dari dinamika seni kontemporer itu sendiri. Seni kontemporer tidak selalu bertujuan untuk membuat nyaman, kadang justru ingin memprovokasi, mengganggu, atau membuat kita berpikir keras tentang dunia dan diri kita sendiri.

Masa Depan Seni Kontemporer

Seni kontemporer akan terus berkembang seiring dengan perubahan dunia. Teknologi baru seperti AI, blockchain (misalnya dalam fenomena NFT), dan metaverse kemungkinan besar akan terus membuka medium dan kemungkinan ekspresi baru bagi seniman. Isu-isu global yang terus berkembang, seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan perkembangan bioteknologi, juga akan terus menjadi sumber inspirasi dan komentar bagi para seniman. Seni kontemporer akan terus menjadi cermin yang kompleks, kadang buram, kadang menyilaukan, dari zaman tempat kita hidup.

Memahami seni kontemporer memang butuh kemauan untuk membuka diri dan belajar. Ini bukan cuma soal melihat, tapi juga merasakan, berpikir, dan bertanya.

Nah, itu dia sekilas tentang apa yang dimaksud dengan seni kontemporer. Bagaimana pendapatmu sendiri tentang seni kontemporer? Apakah kamu pernah melihat karya yang bikin kamu terkesan (atau malah bingung banget)? Bagikan pengalaman dan pandanganmu di kolom komentar di bawah ya!

Posting Komentar